Bisnisonline.com - Dalam beberapa tahun terakhir, tren anak muda telah mengalami pergeseran yang signifikan. Gaya hidup, preferensi hiburan, hingga cara berpikir generasi muda semakin dinamis, unik, dan tak bisa ditebak. Hal ini tentu menjadi perhatian penting bagi pelaku industri, brand, hingga pengamat sosial yang ingin memahami arah gerak generasi masa depan.
Saat memasuki tahun 2025, tren anak muda bukan hanya soal ikut-ikutan,
tapi juga mencerminkan identitas, nilai, dan aspirasi mereka. Mulai dari
pilihan fashion yang berani, cara mereka mencari ketenangan lewat aktivitas
healing, hingga bagaimana teknologi digunakan untuk mendukung gaya hidup
kreatif dan fleksibel.
Artikel ini akan mengulas 9 tren anak muda yang sedang naik daun di tahun 2025. Setiap poin mencerminkan perkembangan nilai, kebiasaan, dan cita rasa generasi Z serta generasi Alpha awal yang mulai aktif dalam pergerakan sosial dan budaya digital.
Gaya Fashion Anak Muda yang Kian Eksperimental
Tren anak muda dalam dunia fashion tahun ini semakin ekspresif dan anti konvensional.
Gaya berpakaian menjadi media utama untuk menunjukkan identitas. Fashion Y2K
(gaya tahun 2000-an), thrift fashion, dan perpaduan gaya lokal-global menjadi
pilihan populer.
Bukan hanya soal penampilan, fashion kini berperan sebagai pernyataan
sikap. Misalnya, gerakan slow fashion atau penggunaan produk lokal adalah
bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Gaya oversized, layering eksentrik, dan
warna mencolok juga marak terlihat di media sosial.
Anak muda lebih berani menabrak pakem. Mereka tidak ragu memadukan kebaya dengan sneakers atau memakai batik sebagai outer kasual. Gaya ini mencerminkan bahwa fashion bukan sekadar tren, melainkan ekspresi nilai diri dan kreativitas.
Konten Kreatif dan Budaya TikTok
TikTok tetap menjadi poros tren digital anak muda di 2025. Mulai dari
dance challenge, tips gaya hidup, hingga edukasi, semuanya hadir dalam format
video pendek yang menarik. Tren anak muda sangat dipengaruhi oleh apa
yang sedang viral di TikTok dan Instagram Reels.
Konten kreator muda kini bukan sekadar hobi, tapi sudah menjadi profesi
yang diakui. Bahkan banyak pelajar dan mahasiswa yang meraih penghasilan dari
endorsement, monetisasi konten, atau menjual produk digital mereka sendiri.
Budaya remix dan trend hijacking menjadi ciri khas generasi ini. Anak muda cenderung mengikuti tren, lalu mengadaptasinya sesuai kepribadian masing-masing. Mereka tak hanya menjadi konsumen konten, tapi juga produsen tren yang aktif.
Kembali ke Alam: Tren Healing dan Slow Living
Setelah masa pandemi dan kejenuhan digital, anak muda kini mencari
ketenangan melalui alam. Tren anak muda berupa aktivitas healing seperti
berkemah, naik gunung, atau glamping menjadi gaya liburan favorit.
Mereka mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental. Slow living,
journaling, meditasi, dan membaca buku kini menjadi kegiatan yang dianggap
“keren”. Tidak lagi sibuk mengejar validasi digital, banyak yang memilih untuk
“offline” sementara demi menjaga keseimbangan diri.
Tren ini juga membawa pengaruh pada konsumsi. Produk aromaterapi, self-care kit, hingga destinasi wisata yang menawarkan ketenangan alam jadi incaran anak muda urban.
Gaya Nongkrong Anak Muda di Era Digital
Gaya nongkrong anak muda kini tidak lagi sekadar ngopi di cafe. Nongkrong berubah menjadi ajang
networking, brainstorming ide, hingga konten creation. Coworking space, cafe
literasi, dan tempat dengan spot Instagramable menjadi favorit.
Anak muda menggabungkan produktivitas dan hiburan. Banyak yang membawa
laptop untuk mengerjakan proyek freelance sambil ngopi atau membuat konten
bareng teman. Ada juga yang datang ke event kreatif komunitas yang diadakan di
kedai kopi atau ruang terbuka.
Fenomena ini menunjukkan bahwa tren anak muda semakin cerdas dalam memanfaatkan waktu. Mereka mencari tempat yang tidak hanya nyaman, tapi juga mendukung ekspresi dan interaksi kreatif.
Anak Muda dan Geliat Bisnis Digital
Semangat entrepreneurship anak muda makin membara di 2025. Banyak yang
merintis bisnis sejak usia SMA, bahkan SMP. Tren anak muda di bidang
usaha meliputi dropshipping, digital marketing, desain grafis, penjualan
digital product, hingga AI prompt engineering.
Modal utama mereka bukan uang, tapi koneksi internet, kreativitas, dan
keberanian mengambil risiko. Platform seperti TikTok Shop, Shopee, dan
Instagram menjadi sarana utama promosi. Bahkan, tren “jualan live” menjadi
salah satu cara baru memperkenalkan produk.
Tak hanya mencari uang, anak muda juga ingin bisnisnya punya dampak sosial. Mereka cenderung memilih usaha ramah lingkungan, UMKM kolaboratif, atau produk edukatif yang sesuai dengan nilai pribadi mereka.
Hobi Baru Anak Muda yang Meningkat Pesat
Hobi anak muda kini tidak sekadar mengisi waktu luang. Banyak hobi yang
kemudian dikembangkan menjadi sumber penghasilan atau personal branding.
Misalnya, memelihara tanaman hias, mengoleksi vinyl, journaling artistik,
hingga belajar alat musik tradisional.
Tren anak muda dalam hal ini menunjukkan minat untuk kembali ke akar budaya dan
aktivitas mindful. Mereka tertarik pada hal-hal yang unik, langka, atau
berkonsep retro.
Kegiatan seperti fotografi analog dan mengoleksi barang vintage juga sedang populer. Ini menjadi bentuk penolakan terhadap dunia digital yang serba instan dan cepat.
Tren Pendidikan Alternatif dan Bootcamp Online
Meningkatnya minat terhadap kursus singkat dan pembelajaran mandiri
menandai perubahan besar dalam pola pendidikan. Banyak anak muda yang lebih
memilih belajar di bootcamp coding, kelas desain UI/UX, atau kursus digital
marketing daripada kuliah 4 tahun.
Platform seperti RevoU, Hacktiv8, Coursera, dan Skillshare menjadi
rujukan utama. Tren anak muda ini didorong oleh keinginan untuk cepat
mendapatkan skill praktis yang dibutuhkan di dunia kerja modern.
Kurikulum formal dianggap terlalu lambat dan tidak sesuai kebutuhan industri. Dengan mengikuti bootcamp, mereka bisa langsung mendapat portfolio dan peluang kerja secara remote.
Aktivisme Sosial dan Kepedulian Isu Lingkungan
Generasi muda sekarang sangat vokal terhadap isu sosial dan lingkungan.
Mereka menggunakan media sosial untuk menyuarakan dukungan terhadap gerakan
seperti body positivity, climate change, kesetaraan gender, hingga
anti-bullying.
Tren anak muda ini memperlihatkan bagaimana empati dan keadilan menjadi nilai yang
dijunjung tinggi. Mereka tidak ragu mengkritisi pemerintah, perusahaan, atau
figur publik yang dianggap tidak etis.
Anak muda juga ikut aksi sosial, menjadi relawan, atau mendonasikan hasil penjualan bisnis mereka untuk kegiatan amal. Aktivisme digital menjadi bagian penting dari identitas mereka.
Teknologi Baru yang Mewarnai Aktivitas Harian Anak Muda
Di tahun 2025, teknologi seperti AI generatif, wearable tech, dan
augmented reality semakin akrab dengan kehidupan anak muda. Mereka menggunakan
AI untuk membuat konten, mengatur keuangan, bahkan mencari inspirasi belajar.
Tren anak muda sangat lekat dengan teknologi. Mulai dari aplikasi produktivitas, dompet
digital, hingga smartwatch dan smart glasses. Semua dimanfaatkan untuk
mendukung gaya hidup fleksibel dan efisien.
Teknologi bukan lagi alat bantu, tapi bagian dari identitas. Generasi Z tidak melihat batas antara dunia fisik dan digital. Inilah generasi “phygital” yang memadukan keduanya secara harmonis.
Penutup
Tren anak muda tahun 2025 mencerminkan generasi yang multidimensi:
kreatif, kritis, sadar diri, dan melek teknologi. Mereka tidak hanya mengikuti
tren, tapi juga menciptakan arus baru yang bisa mempengaruhi budaya populer
bahkan arah pasar global.
Memahami tren anak muda bukan hanya penting untuk pelaku bisnis atau content creator, tapi juga siapa pun yang ingin tetap relevan dalam perkembangan zaman. Karena dari tangan generasi ini, masa depan akan dibentuk dengan cara yang benar-benar baru.