Bisnisonline.com - Banyak orang memulai bisnis dropshipping dengan harapan akan mendapatkan keuntungan besar tanpa harus menyetok barang. Dropshipping memang terdengar menggiurkan karena modelnya yang fleksibel dan nyaris tanpa modal. Tapi kenyataannya, banyak pelaku dropship yang justru tidak meraih untung sama sekali, bahkan rugi.
Lalu, kenapa dropshipping tidak untung? Apa yang menyebabkan sistem yang
terlihat sederhana ini sering kali tidak menghasilkan profit seperti yang
dibayangkan? Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas berbagai faktor
penyebab kegagalan dropshipping dan kenapa keuntungan sering tidak kunjung
datang, meskipun sudah berjualan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Dengan memahami alasan-alasan ini, kamu bisa menghindari jebakan yang sama dan menyiapkan strategi yang lebih tepat agar bisnis dropship kamu benar-benar menghasilkan.
Tidak Menguasai Dasar-Dasar Dropshipping
Salah satu alasan utama kenapa dropshipping tidak untung adalah karena
banyak orang terjun ke bisnis ini tanpa memahami modelnya secara menyeluruh.
Mereka hanya melihat sisi “mudah dan cepat” tanpa tahu bahwa sistem dropship
tetap membutuhkan strategi, manajemen, dan tanggung jawab penuh terhadap
pelanggan.
Misalnya, banyak dropshipper tidak sadar bahwa mereka tetap bertanggung
jawab jika ada keterlambatan pengiriman, meskipun yang mengirim barang adalah
supplier. Ini sering menimbulkan komplain, rating buruk, dan akhirnya
pembatalan order.
Dropshipping bukan sekadar jualan barang orang lain. Kamu harus memahami alur sistem, margin keuntungan, hingga potensi risiko dalam setiap penjualan.
Salah Memilih Produk untuk Dijual
Produk adalah jantung dari bisnis dropship. Namun, banyak pelaku dropship
asal pilih produk karena ikut-ikutan tren atau hanya menyalin dari toko lain
yang kelihatan ramai.
Produk dengan margin terlalu kecil atau tidak punya permintaan tinggi
bisa membuat bisnismu stagnan. Misalnya, menjual casing HP seharga Rp15.000
dengan margin Rp2.000 per unit jelas tidak akan cukup menutup biaya
operasional, iklan, atau pengembalian barang.
Kamu perlu melakukan riset terlebih dahulu: apakah produk tersebut punya demand? Apakah kompetisinya terlalu tinggi? Apakah target market kamu benar-benar membutuhkannya?
Persaingan Harga yang Terlalu Ketat
Kenapa dropshipping tidak untung? Salah satu jawabannya: karena kamu
harus bersaing dengan ribuan seller lain yang menjual produk yang sama—bahkan
mungkin dari supplier yang sama.
Marketplace penuh dengan perang harga. Dropshipper pemula cenderung
menurunkan harga demi bersaing, padahal margin mereka sudah kecil. Ini membuat
mereka mendapatkan volume penjualan, tapi keuntungannya nyaris tidak ada.
Kamu harus punya strategi branding, bukan sekadar bersaing harga. Jika tidak, kamu akan terus terjebak dalam kompetisi yang tidak sehat.
Ketergantungan pada Supplier yang Tidak Andal
Dropshipping berarti kamu menyerahkan stok, pengemasan, dan pengiriman ke
pihak ketiga: supplier. Masalahnya, tidak semua supplier dapat diandalkan.
Jika supplier telat mengirim, stok kosong tanpa pemberitahuan, atau
mengirim barang cacat, maka dropshipper yang akan menerima konsekuensinya.
Pelanggan tidak peduli siapa suppliermu—mereka hanya tahu bahwa kamu yang
menjual.
Itulah sebabnya, kenapa dropshipping tidak untung. Reputasi toko bisa rusak karena supplier, dan kamu tidak punya kontrol langsung terhadap produk.
Biaya Tersembunyi yang Menggerus Margin
Banyak dropshipper tidak menghitung biaya-biaya tersembunyi yang justru
memangkas keuntungan. Contohnya:
- Komisi marketplace (bisa 5%–12%)
- Biaya iklan atau promosi
- Biaya admin pembayaran
- Biaya retur barang dari pelanggan
Jika margin keuntungan hanya Rp5.000 per produk dan biaya iklan Rp10.000 per konversi, kamu sudah rugi sebelum menutup operasional. Inilah mengapa kalkulasi bisnis sangat penting sejak awal.
Gagal Menarik Traffic Secara Organik
Ketergantungan pada marketplace memang memudahkan, tapi menjebak. Tanpa
traffic dari luar, toko kamu hanya bergantung pada algoritma platform.
Akibatnya, saat toko tidak perform, traffic anjlok, penjualan ikut hilang.
Mengapa dropshipping tidak untung juga bisa dikaitkan dengan
ketidaktahuan pelaku tentang SEO, strategi konten, dan distribusi traffic.
Padahal, membangun sumber traffic dari media sosial, Google, atau email list
bisa meningkatkan konversi dan mengurangi biaya promosi.
Pelajari dasar-dasar digital marketing agar kamu tidak sekadar mengandalkan keberuntungan dari marketplace.
Strategi Marketing yang Lemah
Menjual produk dropship bukan hanya soal upload dan share link. Kamu
harus tahu cara menyusun narasi, membangun kepercayaan, dan menyampaikan value
produk secara meyakinkan.
Sayangnya, banyak dropshipper hanya menyalin deskripsi dari supplier,
tanpa memikirkan apa yang sebenarnya dicari oleh konsumen. Bahkan gambar produk
sering asal ambil tanpa branding.
Tanpa marketing yang kuat, produk akan sulit bersaing. Bangun brand yang unik, manfaatkan storytelling, dan gunakan pendekatan yang memanusiakan audiens agar penjualan meningkat.
Kurang Mengelola Keuangan dengan Baik
Pengelolaan keuangan yang buruk juga menjadi alasan kenapa dropshipping
tidak untung. Banyak dropshipper tidak mencatat transaksi, mencampur uang
pribadi dan bisnis, atau tidak tahu margin pasti dari setiap produk.
Keuangan yang tidak sehat membuat kamu merasa "sudah jualan banyak
tapi uangnya kemana?". Padahal, bisa jadi semua keuntungan sudah tergerus
oleh biaya iklan, retur, atau diskon.
Gunakan spreadsheet, aplikasi keuangan, atau minimal catatan manual untuk mengelola semua pemasukan dan pengeluaran. Jangan anggap enteng pencatatan keuangan, sekecil apapun bisnismu.
Tidak Konsisten dan Mudah Menyerah
Ini adalah alasan klasik tapi paling umum: banyak orang menyerah sebelum
bisnisnya berkembang. Mereka berharap hasil instan dari dropshipping, dan
kecewa saat penjualan tidak sesuai harapan di bulan pertama.
Bisnis dropship butuh waktu. Harus uji produk, uji iklan, membangun
kepercayaan, dan konsistensi konten. Jika kamu tidak sabar atau mudah tergoda
berpindah ke "peluang lain", maka bisnis tidak akan pernah stabil.
Kesabaran dan komitmen adalah kunci. Konsistenlah dengan satu strategi, evaluasi rutin, dan perbaiki kesalahan yang terjadi.